Jakarta, sebuah kota di Indonesia sekaligus sebagai Ibukota negara
Indonesia. Sebuah kota yang bisa dan sangat tepat dibilang sebagai
Indonesia kecil, karena semua warga dan penduduknya adalah berasal
dari berbagai suku dan daerah yang ada di Indonesia, mulai dari
Sabang sampai Merauke, dan itu yang membuat Jakarta sebagai kota yang
penuh dengan warna, tak hanya warna yang cerah, warna yang gelap pun
ada.
Bagi sebagian orang, Jakarta adalah kota harapan penuh dengan
kesempatan, lapangan pekerjaan, dan juga sebagai ladang uang bagi
mereka yang bisa memanfaatkan keadaan. Tapi bagi sebagian orang yang
lain, Jakarta adalah juga sebagai medan perang, mudah mendapatkan
uang juga mudah untuk kehilangan, tak hanya uang sebenarnya, apapun
itu bisa dengan mudah didapat dan hilang di kota ini. Kalau tak
perhatiin, setiap kejadian yang ada di sinetron, itu terjadi juga di
kota ini, agak aneh memang, entah sinetron yang meniru kejadian nyata
atau kejadian nyata itu terjadi karena sinetron yang lebay itu??
entahlah...tapi memang semua itu ada.
Dibilang kota yang keras, memang
kota ini adalah kota yang keras, saya teringat seorang Ibu di Stasiun
Gambir pernah ngobrol dengan saya dan berkata “di Jakarta
ini, kalau kita gak nginjek orang, kita yang diinjek dek !!!”, dan
saya pun hanya tersenyum mendengarnya. Kenapa, karena saya berpikir,
kenapa harus nginjek orang, kenapa gak kita berpikir sebaliknya,
mungkin seperti ini “kalau lu nginjek gue, kaki lu yang
bakal sakit, gue ini gak gampang buat diinjek !!”, sedikit
ekstrim tapi itulah yang saya pikirkan waktu itu.
Setahun lebih hidup di Jakarta,
membuat saya belajar banyak hal, SANGAT BANYAK. Awalnya Ibu saya
lebih mengharapkan untuk cari duit di kota asal, Semarang. Tapi saya
melihat banyak kesempatan di ibukota dan saya bisa lebih berkembang
daripada tetap stay di
rumah, (well, that's a very common thoughts of foreigner
like me :P ). dan itu memang
benar, kesempatan lebih banyak datang, dan skill yang
saya punya pun jauh berkembang, alhamdulillah.
Saudara saya pernah bilang, “kamu
4 tahun lagi di jakarta, kamu bisa hidup dimana aja di Indonesia”,
waktu itu saya sudah setahun
lebih hidup di ibukota. Kalau boleh bilang, sekarang saya merasakan
yang namanya kesepian, walaupun saya punya banyak teman di kota ini,
ada kerjaan yang bisa men-distract pikiran
saya, dan banyak keluarga yang juga tinggal di Jakarta, tapi tetep
aja sepi, jauh dari keluarga dan teman2 seperjuangan saat saat saya
di Semarang, ditambah lagi lebaran tahun ini harus bekerja di kantor.
Sedih memang, tapi ini adalah hal yang saya pilih dan tanggung jawab
yang harus saya kerjakan, and I really aware of that.
Banyaknya dan seringnya godaan pun juga ujian kadang2 bikin kebobolan
juga, mungkin Allah ngasih itu ke saya biar saya lebih sadar kalo
hidup di kota ini memang gak gampang, bisa gak kita jaga ibadah, bisa
gak kita jaga iman, dan bisa gak kita jaga diri dan nama baik kita
sendiri.
Pada akhirnya memang feeling yang saya rasakan akhir2 ini untuk
berjuang di kota asal, dekat dengan keluarga dan biar bisa
memperbaiki ibadah, dan selain dua hal itu pun sebenernya masih
banyak pertimbangan2 lain yang setelah tak pikir2, mungkin itu memang
tugas dan kewajibanku untuk mengatur semua hal yang ada di semarang.
Terpikir untuk merubah mindset bahwa tak selamanya di jakarta itu
kehidupan akan membaik, membuka usaha, meletakkan hal2 yang
“semrawut” kembali di tempatnya masing2, dan lain2. Maybe for
a little while, let me live my choice.
Dan pada akhirnya.....”Siapa suruh datang Jakarta !!!!!” :D
No comments:
Post a Comment