Tuesday, August 1, 2017

My Backbone is Back (Part 2)

Awal perkenalan dengan HNP dimulai dengan gejala paha kiri sering kesemutan dan pinggul saya tidak simetris. Pulang pergi jakarta-bogor memperparah kondisi tubuh, paha kiri menjadi kebas dan pinggang terasa sakit. Saya yang awalnya mengira hanya sakit pegel biasa karena pulang pergi jakarta-bogor, jadi sakit tersebut tidak dihiraukan, dan menghilangkan sakit di pinggang hanya dengan tidur, memukul2 paha kiri yg kebas sampai akhirnya kebas menjadi permanen dan tidak bisa hilang dengan dipukul2, olahraga HIIT plus angkat2 dumbbell tetap saya lakukan. Oiya, pinggang sakit ini selalu muncul ketika naik motor dan hilang kalo dipakai tiduran, berlangsung selama kurang lebih 2-3 minggu

Suatu pagi di awal bulan Maret (lupa tgl berapa), pukul 4 pagi saya berangkat naik motor dr bogor, dan sepanjang perjalanan pinggang saya sakit. Sampai di kosan (jakarta) sekitar jam 5 pagi, sakit di pinggang makin sakit dan memang memaksa saya untuk tiduran (tidur sih, hahaha). 2 jam kemudian saya bangun dan sakit di pinggang masih terasa dan saya paksa untuk berangkat ke kantor. Selama 1 jam dari jam 8 sampai jam 9 saya merasa sangat tidak nyaman dengan sakit yg ada di pinggang, cari2 posisi yg pas agar tidak sakit pun juga percuma, sampai saya memutuskan untuk berdiri (mau ambil air minum) dan saya merasa ada bunyi "kreteeek!!" di pinggang saya.

Saya terdiam di meja saya dengan posisi belum sepenuhnya berdiri tegak tapi sudah beranjak dari kursi (bisa ngebayanginnya kan?). Kemudian saya taruh gelas di meja dan dengan sangat2 perlahan memposisikan badan saya untuk rebahan di lantai. Dalam posisi tiduran saya mencoba untuk mencari posisi yang paling membuat saya nyaman yaitu miring dan pada akhirnya saya terpaksa ijin untuk tidak melanjutkan kerja karena sakit yg amat sangat. Kemudian saya memutuskan untuk tiduran di ruang meeting biar tidak menganggu teman2 kantor yg lain.

Entah bagaimana caranya saya bisa sholat dhuhur, namun ketika saya bangun mau ambil wudhu untuk sholat ashar, bunyi kretek seakan terdengar oleh saya (lagi) dan rasa yang sangat2 sakit di pinggang muncul kembali dan saya mematung dalam posisi berlutut. Teman2 kantor panik dan Pak Manager menawarkan untuk memesan taksi online dengan tujuan membawa saya ke rumah sakit agar cepat ditangani. Merasa masih kuat dan keras kepala, saya memutuskan untuk tetap dikantor dan memberitahu istri saya tentang kondisi yg saya alami. Ketika menunggu istri saya menjemput saya, saya coba untuk mencari tahu tentang kondisi yg saya alami di internet dan dengan gejala2 yg saya alami, kecurigaan saya menuju pada HNP.

HNP (Herniated Nucleus Pulposus) atau biasa dikenal dengan nama syaraf kejepit, yg intinya bantalan diantara ruas2 tulang belakang keluar dan mendorong syaraf yg menempel di tulang belakang. Untuk lebih jelasnya silahkan googling atau tanya ke dokter aja ya.

Setelah istri saya datang, saya memutuskan untuk ke Rumah Sakit Jakarta, dan dokter jaga di ICU melakukan serangkaian tes dan akhirnya memutuskan bahwa saya terkena HNP dan dokternya bilang kalau mau sembuh harus dioperasi (WHAAAT??!!!). "Tunggu tungu..ntar dulu dok, jangan main vonis operasi aja dong !!" dalam hati saya, lalu saya bilang ke dokter itu agar memberi obat anti nyeri.

Mengingat hasil browsing saya di internet, saya menemukan sebuah klinik di daerah Kelapa Gading (MOI) sebut saja F*exf*ee Clinic yang merupakan sebuah klinik dengan dokter2 ahli fisioterapi dimana klinik tersebut mengatasi gangguan cidera pada tulang termasuk HNP.


Keesokan harinya saya memutuskan untuk ke klinik tersebut dimana saya mendapat surat rujukan untuk melakukan MRI, karena dokter di klinik tersebut tidak bisa memeriksa atau memberi tindakan jika tidak ada hasil MRI. Akhirnya saya melakukan MRI di Rumah Sakit Jakarta (mahal cuy) dan memperlihatkan hasil MRI ke dokter klinik dan dari hasil MRI itu saya divonis terkena HNP karena ada stenosis dan bulging.
Kesimpulan hasil MRI

No comments:

Post a Comment