Thursday, August 3, 2017

My Backbone is Back (Part 4)

Banyak saudara yang menganjurkan saya untuk ke dokter dengan tujuan menghilangkan HNP ini, tapi saya masih optimis bahwa saya bisa sembuh tanpa harus operasi. Mulai dari ke ahli terapi yang informasinya banyak penderita HNP yang sembuh dengan beliau, akupuntur terkenal di Depok Jabar, sampai setiap hari tidur di atas triplek pun dijalani. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke Semarang dan berkonsultasi dengan dokter ortopedi spesialis tulang belakang, atas rekomendasi dari tante yang kerja di Kemenkes.

Sampai di Semarang tanggal 4 Juni 2017, saya langsung cari informasi tentang dokter spesialis tersebut dan ternyata dokter ini buka praktek di 3 rumah sakit, yaitu RSUP Kariadi Semarang, RS Elizabeth Semarang, dan RS Telogorejo.

3 dokter saya temui di RS Elizabeth, yang pertama dokter syaraf karena sakitnya berhubungan dengan syaraf dan saya hanya diberi suntikan penghilang nyeri. Yang kedua dokter internis untuk mengecek benjolan yang muncul, dan yang ketiga dokter spesialis tulang belakang.

Benjolan?? Ya, saya memiliki 2 benjolan, yang pertama benjolan sejajar tulang belakang (ya ! Satu ruas tulang belakang saya menonjol keluar) dan benjolan di pinggang belakang sebelah kiri sebesar kepalan tangan orang dewasa.

Selama bulan puasa, saya hanya terus berdoa agar diberikan kekuatan, kesabaran, kelapangan hati, kemudahan dalam menghadapi penyakit ini. Tidak terhitung lagi berapa malam rasa sakit muncul secara tiba2 dengan intensitas yang sering (3-4x rasa sakit muncul setiap malamnya).

Seorang ustadz yang pernah menjadi petugas medis (yang juga memberikan terapi kepada saya) memberikan nasehat bahwa rasa sakit ini insyaallah akan menjadi berkah dan penggugur dosa apabila kita bisa sabar dan ridho. Beliau bilang bahwa dzikir dan tilawah Quran bisa meringankan rasa sakit. Awalnya saya hanya beristighfar jika rasa sakit datang, lama kelamaan alhamdulillah diberi keringanam untuk berdzikir setiap waktu. Beliau bilang bahwa ketenangan akan memicu produksi enzim yang meringankan rasa nyeri, namun sebaliknya jika kita mengeluh akan sakit yg kita derita maka enzim yang menguatkan rasa sakit akan muncul. Beliau juga menerangkan tentang gelombang frekuensi alpha, beta, delta, dan theta, serta kaitannya dengan kondisi tubuh saat sakit, tenang, marah.

Dan alhamdulillah saya merasa Allah SWT memberikan kemudahan dimulai dari informasi dokter spesialis, dapat nomor antrian dibawah angka 5 setiap kali cek ke dokter, transportasi, dan masih banyak lagi.

Bertemu dengan Dokter Agus Priambodo, Sp. B, Sp. OT, K-Spine tanggal 8 Juni 2017, dokter hanya tanya "kakinya bisa diangkat gak?", saya dari kursi roda pun mencoba mengangkat kedua kaki. Lalu dokter minta untuk MRI lagi, karena MRI yg ada sudah satu tahun lamanya. Tanggal 15 Juni 2017 saya bertemu Dokter Agus untuk kedua kalinya dengan membawa hasil MRI yang baru, setelah dilihat tiba2 dokter Agus bilang bahwa saya kena TBC Tulang dan harus di operasi. Berikut percakapan nya (kurang lebih ya, agak lupa):

- Dr. Agus : (sambil melihat2 hasil MRI) "kalau saya bilang harus operasi dan besok Senin mulai opname, Anda siap nda?"
- Saya : (diam)......"cuma pengan tau dok, ada opsi lain nya ga?"
- Dr. Agus : (masih melihat2 MRI) "ini kamu ada benjolan nya ini, isinya cairan"
- Saya : "iya ada dok di pinggang"
- Ibu : "jadi kena TBC tulang ya dok?"
- Dr. Agus : "ya ini TBC tulang. Ini cairannya harus dikeluarin kalo nda ya tulangnya digerogoti terus. Sama nanti tulangnya dipasang pen soalnya dah rusak ini. Kalau cairannya gak dikeluarin nanti lama2 bisa lumpuh"
- Dr. Agus : "kalo mau nanti senin ketemu saya di Kariadi, nanti saya lewatkan IGD biar cepet"
MRI Baru

Setelah sampai dirumah, saya coba untuk memantapkan hati. Sebenernya waktu hasil MRI yg terakhir keluar, saya sudah feeling akan di operasi, jadi keputusan dokter untuk operasi adalah semacam klarifikasi atas feeling saya. Terus berdoa dan berdzikir meminta kekuatan, kesabaran, kelapangan, keridhoan, kesehatan, keselamatan, dan hasil yang terbaik, tetap saya lakukan mengingat ini adalah operasi besar antara bisa jalan lagi atau tidak, antara hidup dan mati (karena saya sering sekali mendengar isu bahwa operasi HNP seringnya tidak sesuai harapan), dan terbayang rasa deg2an akan operasi.

1 comment: